Sunday, November 9, 2008

Untuk apa kita berjuang sekarang,,,,,?????

“Kalaoe ada orang bertanya berapakah jumlah moe, maka jawablah kami satoe”

Kalimat itulah yang tertera di selembar kain yang dibawa oleh para mahasiswa kedokteran Ikadaigakho pada saat peristiwa RAPAT RAKSASA LAPANGAN IKADA
19 SEPTEMBER 1945. Ya, memang kalimat yang singkat, namun mampu merefleksikan solidaritas para mahasiswa saat itu untuk maju bersama-sama untuk mencapai kedaulatan.

Peristiwa diatas adalah salah satu contoh selain Boedi Oetomo tentang perjuangan mahasiswa kedokteran. MESKIPUN peringatan 100 tahun kelahiran Boedi Oetomo atau BO yang dijadikan Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 20 Mei sampai saat ini diperingati sebagai tonggak sejarah kebangkitan bangsa Indonesia , hari kebangkitan nasional. Walaupun sekarang banyak opini yang mengatakan bahwa terdapat banyak keganjilan dalam organisasi Boedi Oetomo, kita tidak bisa memungkiri bahwa BO juga SALAH SATU organisasi yang berperan penting dalam memacu pergerakan organisasi lain untuk memperjuangkan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.

Yang perlu dijadikan fokus perhatian sebenarnya adalah esensi dari sejarah perjuangan yang dilakukan mahasiswa kedokteran pada masa itu sehingga bisa membawa perubahan yang besar pada perkembangan Indonesia sekarang. Berangkat dari kesamaan nasib yang kemudian berkembang menjadi keinginan dan tujuan yang sama untuk meraih kedaulatan sehingga menumbuhkan semangat juang untuk bergerak dan mengambil sebuah tindakan kongkrit untuk melakukan sebuah perubahan.

Hal inilah yang diharapkan bisa menjadi pemacu mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk ikut andil dalam perjuangan bangsa ini mengisi kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan melawan penjajahan dalam bentuk yang baru.

Pemikiran tanpa pergerakan ................

Pergerakan tanpa pemikiran .................

Tapi

Jika pemikiran diselaraskan dengan pergerakan.................

Ada 2 hal yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu perubahan. Yaitu kebutuhan dan tuntutan. Kebutuhan datang dari rasa ingin memenuhi hasrat yang berasal dari dalam individu itu sendiri. Sedangkan tuntutan adalah dorongan dari luar untuk melakukan sesuatu.

Dalam masa perjuangan temat sejawat kita dimasa lalu, bisa dilihat bahwa pergerakan dan perubahan besar yang mereka ciptakan adalah berasal dari KESADARAN mereka akan “kebutuhan” untuk memiliki kehidupan berbangsa dan bernegara yang merdeka. Keinginan akan kemerdekaan ini kemudian memacu usaha untuk melakukan perjuangan untuk mewujudkannya, sehingga mereka bersama-sama berkumpul untuk melakukan perjuangan “ala “ mahasiswa yaitu melalui jalur intelektual. Jalur yang sangat sesuai dengan latar belakang mereka sebagai sosok yang terpelajar.

Selain itu, kondisi dimana pada saat itu Indonesia masih berada dalam jajahan Belanda, ditindas dan disiksa secara fisik dan mental, yang direbut kebebasannya, semakin meningkatkan semangat juang para mahasiswa untuk melangkah keluar dari belenggu kolonialisme dan imperialisme dunia barat.

Jika dibandingkan dengan kondisi mahasiswa kedokteran sekarang, terlihat perbedaan yang sangat signifikan. Dimana sekarang para mahasiswa kedokteran, atau mungkin sebagian besar rakyat Indonesia “merasa” sudah tidak terjajah lagi dan sudah merasa aman dan nyaman dengan kondisinya sekarang.

Ya, kondisi dimana sudah tidak ada penyiksaan fisik, tidak terdengar suara tembakan dimana-mana, tidak terlihat tentara Belanda dimana-mana, mungkin inilah kondisi yang dipersepsikan “aman” oleh kebanyakan orang. Tetapi kenyataannya, masih banyak model-model penjajahan terselubung yang masih belum “disadari” oleh rakyat Indonesia.

Kebanyakan mahasiswa sekarang merasa tidak perlu berjuang keras karena mereka merasa tidak ada yang perlu diperjuangkan. Sebagian besar dari generasi muda sekarang, dalam melakukan sesuatu lebih didasari oleh tuntutan, bukan atas dasar kebutuhan. Kalimat “generasi muda adalah tulang punggung penerus bangsa” mungkin bagi sebagian orang menjadi sebuah kalimat yang memaksa dan mununtut genersi muda untuk bergerak.

Kita dituntut untuk melakukan perjuangan karena kita merasa kitalah yang memikul tanggung jawab atas masa depan bangsa Indonesia dikemudian hari, jika kita tidak dapat memenuhi tanggung jawab itu, maka kitalah yang bertanggung jawab atas nasib bangsa Indonesia dimasa depan nanti. Hal-hal yang berkonotasi paksaan atau tuntutan dapat mengurangi keikhlasan seseorang untuk berbuat sesuatu. Karena keikhlasan dalam melakukan sesuatu akan sulit didapat jika kita dipaksa untuk melakukan sesuatu. Akan tetapi jika kita sudah menyadari bahwa sesuatu itu adalah sebuah kebutuhan, maka tidak akan ada rasa penolakan dan ragu-ragu dalam diri kita untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Sudah sangat jarang ditemui generasi muda yang bergerak dan berjuang karena disasari “kebutuhan”, kita secara tidak sadar melakukan segalanya berdasarkan tuntutan. Kesadaran akan kebutuhan untuk memajukan bangsa inilah yang mungkin sudah sedikit pudar dari benak generasi muda sekarang. Mungkin karena kondisi sekarang berbeda dengan kondisi para mahasiswa dahulu. Kita sudah telena dengan “kemerdekaan” yang sebenarnya diperoleh oleh para pejuang pada masa dahulu. Kita selalu berbangga akan sejarah perjuangan Indonesia, tetapi tidak sadar bahwa tugas kita sekarang adalah untuk menciptakan sebuah sejarah yang nantinya dapat dibanggakan oleh generasi setelah kita.

Ya…bukan karena dituntut, tetapi karena kita butuh........

Kita masih hidup di dunia kemerdekaan yang kita ciptakan sendiri. Sebuah kurungan ideologis yang dihias oleh berbagai macam kenikmatan dan kemudahan yang diciptakan oleh pemikiran-pemikiran kolonialisme bangsa asing. Sehingga kita menjadi lupa akan wujud kemerdekaan yang sesungguhnya, yaitu sebuah ruang di luar kurungan ”kemerdekaan” yang kita ciptakan sendiri. Karena kita sudah terlalu lama berada di comfort zone, maka ada rasa enggan untuk meninggalkan semua kemudahan dan kenyamanan yang sudah lama dicicipi. Ada rasa takut akan kehilangan sesuatu, takut untuk berkorban, takut untuk sejenak meninggalkan semua yang disukai untuk mendapat sesuatu yang lebih berharga. Seperti kata pepatah”Great sacrifice comes great victory” , pengorbanan yang besar menghasilkan kemenangan yang besar. Kalau kita berkorban sedikit, pantaskah kita mengaharapkan hasil yang lebih besar???

Mungkin kita sudah kehilangan sesuatu untuk diperjuangkan. Atau mungkin kita hanya tidak sadar dan tidak melihat bahwa Indonesia masih membutuhkan perjuangan. Atau mungkin juga kita telah menyadari bahwa sebenarnya Indonesia masih membutuhkan perjuangan, tetapi kita pura-pura tidak melihat atau tidak peduli terhadap kondisi Indonesia itu, dengan berdalih ”toh masih ada teman-teman lain yang berjuang, jadi ya kita bantu lewat do’a saja”, ”mereka berjuang dengan cara mereka, ya kita juga berjuang dengan cara kita sendiri”. Mana solidaritasnya??? Mana semangat kebersamaannya????

Mungkin setiap orang memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan sebuah tindakan. Latar belakang dan kondisi yang bebeda mempengaruhi cara mereka dalam melakukan sesuatu. Tapi itu tidak bisa dijadikan alas an untuk tidak peduli terhadap kebutuhan bangsa.

Asal saja kita mau dan mampu mempertautkannya serta tetap konsisten terhadap tujuan pembangunan nasional yang telah kita rumuskan bersama. Bila tidak, jangan salahkan siapa-siapa, tetapi tudinglah diri sendiri, mengapa melupakan sejarah.

No comments: